Jumat, 19 Oktober 2012

identifikasi isoflavon


Kedelai telah menunjukan beberapa keuntungan kesehatan yang disebabkan karena kandungan nutrisinya yang tinggi dan kandungan fitokimianya. Kedelai tidak hanya kaya protein, tetapi mengandung mineral yang berguna seperti, kalsium, besi, dan serat terlarut. Protein kedelai memenuhi kebutuhan  protein pada manusia.  Protein dan isoflavon dari kedelai telah terbukti menurunkan resiko penyakit jantung dan sebagai antikanker.
            Isoflavon merupakan bagian dari kelompok flavonoid. Isoflavon ditemukan sebagian besar pada kacang kedelai dan memiliki struktur kimia yang hampir sama dengan hormon estrogen.  Isoflavon utama yang ditemukan pada  kacang kedelai adalah genistein dan daidzein. Karena strukturnya yang mirip dengan estrogen dan dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen lain, isoflavon dari kedelai sering digunakan sebagai fitoestrogen (McCuey, 2004)
           
Struktur  isoflavon kedelai yang mirip dengan estrogen dan kemudahannya untuk berinteraksi dengan estrogen reseptor membuat isoflavon ini diduga bermanfaat dalam mengatasi sistem somatik, perasaan, dan hal-hal yang berhubungan dengan menopause. Mengkonsumsi suplemen fitoisoflavon telah terbukti dapat berpengaruh pada gejala premenopause.  Isoflavonoid dari kedelai juga berpotensi sebagai sarana alternatif dalam terapi kesehatan jangka panjang yang berhubungan dengan menopause dan khususnya osteoporosis (McCuey, 2004).
             Isoflavon ini boleh dibilang hanya terdapat pada kedelai saja. Isoflavon ini berfungsi melakukan regulasi untuk menghambat pertumbuhan kanker terutama kanker prostat.  Selain berfungsi untuk mencegah kanker prostat, biji kedelai juga berfungsi untuk menurunkan resiko terkena penyakit jantung, diabetes, ginjal dan osteoporosis (Asih, 2009). Karena begitu pentingnya fungsi tanaman ini, serta dugaan terhadap adanya senyawa golongan isoflavon yang dikandung, maka pada penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa golongan isoflavon dari biji kedelai (Glycine max).
            Proses identifikasi isoflavon pada kedelai dimulai dengan pengumpulan bahan, kemudian penyederhanaan bentuk bahan dengan mengubah biji menjadi bentuk serbuk. Serbuk ini kemudian dimaserasi yaitu perendaman dengan pelarut, maserasi dilakukan untuk mengeluarkan bahan aktif dari serbuk simplisia. Teknik maserasi dipilih karena peralatan yang digunakan sederhana, dan tidak memerlukan keahlian dari praktikan. Dengan teknik maserasi bahan aktif dapat diperoleh dari simplisia dengan maksimal, karena perendaman yang dilakukan lebih dari satu hari. Teknik lanjutan setelah maserasi yang digunakan adalah kromatografi kolom lambat, metode ini dipilih karena dengan metode ini akan didapat fraksi-fraksi yang akan membantu dalam analisis selanjutnya.  Selanjutnya adalah pemisahan dengan kromatografi lapis tipis (KLT), metode ini dilakukan untuk memisahkan senyawa isoflavon yang ada dalam fraksi hasil kromatografi kolom. Dengan metode ini didapatkan harga Rf yang spotnya dapat diperjelas dengan penampak bercak dan dilihat dibawah sinar UV.

Kamis, 11 Oktober 2012

Khasiat dan Manfaat Mahkota Dewa Bagi Kesehatann




khasiat dan Manfaat mahkota dewa bagi kesehatan disebabkan karena tanaman ini mengandung beberapa zar aktif antara lain Alkoloid yang bersifat detoksifikasi yang berfungsi menetralisir racun dalam tubuh.
Selain itu Manfaat Mahkota Dewa juga mengandung saponin yang bermanfaat sebagai anti bakteri dan anti virus, selain itu saponin juga berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi kadar gula dan mengurangi penggumpalan darah.
Kandungan Manfaat Mahkota Dewa lain yang ditemukan dalam tanaman mahkota dewa adalah bahwa tanaman ini mengandung flavonoid yang berfungsi melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh, mengurangi kadar kolesterol, mengurangi resiko terkena serangan penyakit jantung, mengandung antiinflamasi serta berfungsi sebagai anti oksidan.
Khasiat dan Manfaat Mahkota Dewa yang lain adalah sebagai antihistamin karena mengandung zat polifenol. Di beberapa daerah di Indonesia, tanaman ini memiliki berbagai macam nama yang berbeda antara lain adalah Makuto Rojo, Makuto Ratu, Obat Dewa dan Crown of God.

Rabu, 10 Oktober 2012

Kandungan flavonoid di dalam cokelat


Pada umumnya cokelat dibuat dengan tambahan gula, susu, dan bahan-bahan lain untuk membuat rasa cokelat menjadi leih enak, sehingga membuat rasa choccolate bar menjadi enak sekaligus merupakan penyumbang kalori. Oleh karena itu jika cokelat dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, berat badan bisa naik. Cokelat sebenarnya mempunyai kandungan gizi. Hanya saja, konsumsi cokelat berlebihan akan mengganggu kesehatan.
Cokelat dapat ditemui dalam bentuk cokelat batangan, cokelat permen, es krim dan minuman cokelat, bisa juga cokelat yang telah diolah menjadi cake. Cokelat yang telah disebutkan tadi berasal dari bijih cokelat yang diolah.
Cokelat pertama kali ditemukan oleh bangsa Maya dan Aztek, rasa cokelat yang pahit menyebabkan bangsa Aztek menyebutnya Xocol (artinya pahit) dan Atl (berarti air). Makanan lezat ini dulu dimanfaatkan sebagai bahan dasar saus dan minuman.
Tak hanya itu, sejak dulu cokelat juga dimanfaatkan sebagai obat, Saat ini cokelat juga mulai diusulkan untuk dijadikan obat penyakit-penyakit kronik. Setelah dieksplorasi lebih lanjut oleh American Health Foundation, New York, efek cokelat terhadap pencegahan penyakit jantung disebabkan peran flavonoid di dalamnya, khususnya catechin, epicatechin, dan procyanidin yang mempunyai aktivitas antioksidan. Antioksidan ini bersifat LDL, yang selanjutnya berkaitan dengan penurunan resiko penyakit jantung. Selain itu, efek antioksidan cokelat juga dikatakan dapat menghambat aktivitas zat karsinogenik.
Flavonoid yaitu zat yang mempunyai aktivitas biologi tertentu yang banyak dijumpai di tumbuhan, yang juga ditemukan di dalam cokelat yang berfungsi sebagai antioksidan. Kandungan flavonoid dalam 100 gram cokelat susu adalah 170 mg, jumlah ini paling tinggi dibandingkan dengan teh hitam, anggur merah, jus cranberry dan apel.
Begitupun dengan tempe. Tempe juga mempunyai kandungan flavonoid yang tinggi, namun kandungan flavonoid yang ada di dalam tempe berbeda, yaitu isoflavon. Isoflavon yang mempunyai efek kerja seperti esterogen adalah genistein, daidsein, biochanin A, formononetin. Sedangkan kandungan flavonoid cokelat adalah flavonol yang menurunkan catechin, epicatechin dan procyanidin.
Kandungan antioksidan ini pada cokelat hitam lebih tinggi daripada di dalam cokelat susu. Penyebabnya, kandungan yang terdapat di dalam cokelat susu menghambat penyerapan flavonoid. Dalam suatu penelitian yang mengevaluasi antioksidan dalam cokelat, subjek penelitian diminta mengkonsumsi 3 ons cokelat hitam chips yang kira-kira setara dengan 85 gram. Pada hasil evaluasi darah, ditemukan antioksidan dan flavonoid meningkat disertai komponen oksidan yang menurun.
Saat ini cokelat yang kita dapati tidak lagi terasa pahit dan berwarna cokelat kehitaman, tetapi juga putih. Cokelat putih dibuat dari lemak cokelat yang diolah dengan ditambah gula, susu, lesitin dari susu kedelai, dan flavouring (bumbu rasa dan bau). Karena bahan aktif adanya di dalam bubuk cokelat,sedangkan cokelat putih asalnya dari lemak cokelat, maka cokelat putih tidak mengandung zat aktif. Termasuk juga khasiat sebagai antioksidan kuat dari cokelat hitam tidak dimiliki oleh cokelat putih.
Selain cokelat putih di pasaran juga kita jumpai cokelat masak (baking chocolate) yaitu cokelat untuk campuran dalam pengolahan makanan, misalnya kue, cake, es krim, dll. Cokelat masak ini lebih murni dibandingkan dengan cokelat hitam. Kita dapat memilih cokelat masak yang mengandung gula atau yang tidak. Tentu saja,penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhannya.
Fungsi penglihatan
dalam penelitian yang dilakukan sebuah universitas di inggris, penglihatan para responden meningkat 17 persen dalam hal kondisi cahaya kontras. peningkatan ini terjadi setelah mereka mengkonsumsi cokelat hitam.
kandungan flavonoid dalam cokelat hitam ternyata dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, termasuk ke bagian mata. retina memerlukan banyak energi, tetapi kerap kekurangan suplai darah. flavonoid akan meningkatkan fungsi periferal pembuluh darah ke bagian mata sehingga fungsi penglihatan pun semakin baik.
Lemak cokelat, baik tidak ?
Cokelat hitam pada umumnya mengandung 33% asam oleat (yang termasuk lemak baik/lemak tidak jenuh tunggal), 25% asam palmitat (lemak jenuh) dan 33% asam stearat. Asam lemak stearat termasuk jenis asam lemak jenuh, yang oleh beberapa pakar diklaim bersahabat terhadap jantung. Hal ini dibuktikan dari suatu penelitian besar (metaanalisis) yang pada akhirnya menyimpulkan bahwa asam lemak stearat pada cokelat tidak menurunkan HDL ataupun meningkatkan kadar LDL. Beberapa penelitian mencoba menjelaskan mekanisme yang menguntungkan itu dengan mengaitkan terhadap penyerapannya yang rendah, yang selanjutnya akan dikeluarkan bersama kotoran. Meskipun terbukti berhasil pada perubahan kadar lemak darah, tetapi sesungguhnya efek asam stearat terhadap pencegahan penyakit jantung dan stroke masih diperdebatkan pada berbagai publikasi ilmiah. Peran terhadap penyakit jantung terutama disebabkan kadar LDL yang turun sehingga mencegah pembentukan plak pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Khasiatnya masih menanti pembuktian
Khasiat cokelat rupanya sangat menarik untuk dipahami, diantaranya manfaat coklat dapat melebarkan diameter (vasodilatasi) pembuluh darah, yang sering dihubungkan dengan manfaat menurunkan tekanan darah. Sayangnya, untuk khasiat yang satu ini kita harus menunggu penelitian yang dapat membuktikannya. Teori lain yang melawan manfaat penurunan tekanan darah adalah zat kafein di dalam cokelat disinyalir bisa meningkatkan tekanan darah.
Cokelat juga dihubungkan dengan kemampuannya menekan reaksi radang dalam tubuh. Khasiat lain diperankan oleh theobromin yang terkandung di dalam cokelat. Theobromin ini bekerja di ujung saraf sensorik vagus untuk menekan batuk. Artinya cokelat mungkin bisa menyembuhkan batuk.tetapi lagi-lagi pembuktian ilmiahnya masih ditunggu. Cokelat putih tidak mengandung komponen theobromin, sehingga tidak memiliki peran obat batuk tersebut.
Sisi lain yang sering disoroti adalah efek aphrodisiac dari cokelat yang oleh bangsa Aztek diyakini manfaatnya. Penjelasan ilmiahnya dihubungkan dengan kandungan feniletilamin dan serotonin. Kedua zat tersebut sebenarnya secara alami terdapat di otak, yang dilepaskan ke system saraf pada saat gembira seperti pada saat jatuh cinta. Ternyata wanita lebih rentan terhadap efek ini daripada pria.
Kesimpulannya mengkonsumsi cokelat selain mendapat kenikmatan, banyak manfaat yang bisa diharapkan. Tetapi jika konsumsinya berlebihan makan berlebihan juha kalori yang masuk. Jangan lupa untuk mencermati informasi gizi di setiap kemasan agar dapat mengukur asupan.
Mengkonsumsi 100 gram cokelat dapat meningkatkan ekskresi oksalat dan kalsium tiga kali lipat. Oleh karena itu orang-orang yang rentan terhadap penyakit ginjal sebaiknya waspada. Barengi dengan minum air yang banyak sehabis makan coklat.

Jumat, 05 Oktober 2012

Alkaloid


       I.            Alkaloid
                 Senyawa kimia terutama senyawa organik hasil metabolisme dapat dibagi dua yaitu yang pertama senyawa hasil metabolisme primer, contohnya karbohidrat, protein, lemak, asam nukleat, dan enzim. Senyawa kedua adalah senyawa hasil metabolisme sekunder, contohnya terpenoid, steroid, alkaloid dan flavonoid.
                 Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.  Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan, 1969). Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.
                 Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun.
                 Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwa sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Padmawinata, 1995). Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan higrina.
A.    Prinsip dasar pembentukan Alkaloid
                 Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial yang merupakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamat , glutamin, glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin, fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan, tirosine, and valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksi yang mendasari pembentukan alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam kondensasi hingga terbentuklah alkaloid.
                 Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksi sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.
                 Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan gugus metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.
Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin (2).
B.     Fungsi Alkaloid
Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut (Padmawinata, 1995):
a.       Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
b.      Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
c.       Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
d.      Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan.
Salah satu contoh alkaloid yang pertama sekali bermanfaat dalam bidang medis adalah morfin yang diisolasi tahun 1805. Alkaloid diterpenoid yang diisolasi dari tanaman memiliki sifat antimikroba. Solamargine, suatu glikoalkoid dari tanaman berri solanum khasianum mungkin bermanfaat terhadap infeksi HIV dan infeksi intestinal yang berhubungan dengan AIDS.
Ketika alkaloid ditemukan memiliki efek antimikroba temasuk terhadap Giarde dan Entamoeba, efek anti diare utama mereka kemungkinan disebabkan oleh efek mereka pada usus kecil. Berberin merupakan satu contoh penting alkaloid yang potensial efektif terhadap typanosoma dan plasmodia. Mekanisme kerja dari alkaloid kuartener planar aromatik seperti berberin dan harman dihubungkan dengan kemampuan mereka untuk berinterkalasi dengan DNA.
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid
(Nama Trivial)
Aktivitas Biologi
Nikotin
Stimulan pada syaraf otonom
Morfin
Analgesik
Kodein
Analgesik, obat batuk
Atropin
Obat tetes mata
Skopolamin
Sedatif menjelang operasi
Kokain
Analgesik
Piperin
Antifeedant (bioinsektisida)
Quinin
Obat malaria
Vinkristin
Obat kanker
Ergotamin
Analgesik pada migraine
Reserpin
Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
Mitraginin
Analgesik dan antitusif
Vinblastin
Anti neoplastik, obat kanker
Saponin
Antibakteri

C.    Tanaman Penghasil Alkaloid
                 Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
                 Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya.
                 Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji kakao. Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anandamida yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan, cokelat jika dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan tekanan darah.
                 Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin. Nikotin termasuk dalam golongan alkaloiod yang terdapat dalam famili Solanaceae. Nikotin dalam jumlah banyak terdapat dalam tanaman tembakau, sedang dalam jumlah kecil terdapat pada tomat, kentang dan terung. Nikotin dan kokain dapat pula ditemukan pada daun tanaman kota. Kadar nikotin berkisar antara 0,6-3,0 % dari berat kering tembakau, dimana proses biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah sebagai bahan kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi serangga, sehingga nikotin digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.
                 Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak ribuan tahun,di antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan Brugmansia suaviolens, namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung, berbeda-beda. Penyalahgunaan kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan obat yang didapat malah racun (menyebabkan pusing) yang sangat berbahaya. Hampir seluruh bagian tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini disebabkan seluruh bagiannya mengandung alkaoida atau disebut hiosamin (atropin) dan scopolamin, seperti pada tanaman Atropa belladona.Alkahoid ini bersifat racun sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji kecubung mengandung hiosin dan lemak, sedangkan daunnya mengandung kalsium oksalat. Berkhasiat mengobati rematik, sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak, encok, eksim, dan radang anak telinga.
                 Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang mengandung senyawa alkaloid. Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein kopi merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memilik rasa yang pahit.
                 Buah pare dalam bahasa latin disebut Momordica charantia L berasal dari kawasan Asia Tropis. Buahnya mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna, daunnya mengandung momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak. Bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Manfaat buah ini dapat merangsang nafsu makan, menyembuhkan batuk, memperlancar pencernaan, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, dapat menyembuhkan penyakit kuning, juga cocok untuk menyembuhkan mencret pada bayi.